Choza097 Blog's

"WELCOME TO MY BLOG,TOLONG TINGGALKAN KOMENYA YA"

Sejarah yang Bermula dari Roket

Written By perkumpulan anak 8 i soneta on Jumat, 04 Mei 2012 | 04.01

 

Sejarah yang Bermula dari Roket

LANGIT biru benderang, sedangkan angin bertiup pelan. Di pusat peluncuran satelit Jiuquan, Gurun Gobi, Cina, roket Chang Zheng (Long March) 2F meluncur gagah. Menyemburkan asap tebal dari pantatnya, Chang Zheng 2F tak semata-mata hendak keluyuran membelah langit. Di tubuhnya mendeplok Shenzou V, sebuah wahana antariksa yang akan dilepas di orbit rendah bumi. Sepuluh menit kemudian Shenzou V telah memasuki orbit. Misi mengelilingi bumi 14 kali dalam waktu 21 jam pun dimulai. Biasa? Tunggu dulu. Shenzou V tak hanya berisi udara dan peralatan. Di dalamnya terdapat manusia hidup. Namanya Yang Liwei, seorang letnan kolonel angkatan udara Cina berusia 38 tahun. Hari itu, Rabu pekan lalu, Yang dan negaranya tercatat dalam sejarah: menjadi negara ketiga di dunia?setelah Rusia dan Amerika Serikat?yang meluncurkan wahana antariksa berawak manusia ke ruang angkasa. Sehari kemudian misi itu diselesaikan dengan manis. Menggunakan parasut sebagai rem, Shenzou V mendarat anggun di sebuah padang rumput di daratan Mongolia. Dengan melambaikan tangan, Yang keluar dari badan Shenzou V. Cina pun gegap-gempita, dan sukses itu dibicarakan semua orang. Dunia punya alasan nyata untuk tak lagi menganggap sebelah mata kemampuan teknologi luar angkasa Cina. Apa yang dipertontonkan Cina berawal dari perjalanan panjang lebih dari setengah abad. Mulanya adalah Qian Xuesen (Tsien Hsue-shen), seorang ahli matematika dan teknik ruang angkasa yang membawa perubahan ke Cina. Anak didik Theodore von Karman, ahli roket Amerika Serikat, ini memulainya dengan mengembangkan roket. Qian beruntung karena, selain dikenal jenius dalam bidang itu, ia pun sempat mewawancarai Wernher von Braun, pencipta roket V2, rudal pertama yang digunakan Jerman dalam Perang Dunia II ketika di ambang kekalahan. Dalam wawancara itulah Qian menyerap banyak pengetahuan perihal roket dan teknik peluncuran dari Von Braun. Bersama Von Karman, Qian bahkan pernah menyambangi langsung tempat V2 diciptakan. Pada 1955, Qian ikut berunding dengan Uni Soviet. Tujuannya adalah melakukan transfer teknologi di bidang roket dan rudal. Hasilnya, Uni Soviet memberikan roket R2 yang sebetulnya merupakan tiruan roket V2-nya Von Braun. Setahun kemudian Negeri Tirai Bambu mendirikan lembaga riset untuk rudal dan roket. Di lembaga itu Qian membuktikan kepiawaiannya. Dari tangannya, pada 1970, meluncurlah roket Chang Zheng 1. Peluncuran roket ini diiringi lagu kebangsaan Cina. Dari perut roket ini dilepaskan satelit pertama Cina, Mao1. Long March pertama ini tak lain dari duplikat roket V2 Jerman yang ditiru lewat roket R2 Uni Soviet. Memiliki panjang 30 meter dengan diameter 2 meter, Chang Zheng (CZ)1 berbahan bakar cair dan merupakan roket dengan tiga bagian tubuh. CZ1 sanggup mengangkut beban hingga 7 ton dengan ketinggian orbit hingga 273 mil (lebih dari 400 kilometer). Sukses dengan debutnya, Cina makin ketagihan mengutak-atik Chang Zheng. CZ2 ditembakkan empat tahun kemudian, tapi gagal. Toh, misi berikutnya tak surut. Setahun kemudian lahir versi revisinya, CZ2C, yang sukses mengangkasa. Secara umum, roket-roket seri dua merupakan roket peluncur dengan dua bagian yang bagian atasnya dilengkapi materi padat, juga dispenser. CZ2C belakangan sanggup mengirim dua satelit iridium hingga orbit rendah bumi?ketinggian 630 kilometer. Modifikasi berikutnya adalah CZ2E yang dilengkapi dengan empat mesin pendorong. Dari versi inilah lahir si jangkung yang langsing, CZ2F. Si bungsu versi 2 paling mutakhir inilah yang mampu mengantarkan Shenzou V bersama taikonaut?sebutan untuk astronaut Cina?Yang Liwei mengorbit selama 21 jam. Roket Long March 2F merupakan updating dari 2E. Sedari awal, ia memang didesain untuk mengangkut wahana berawak manusia?proyek mimpi Cina yang dimulai sejak 1992. Seperti kakaknya, 2F berbadan dua dan memakai empat pendorong berbahan bakar cair. Sebelum benar-benar digunakan untuk meluncurkan manusia, pada 1999 roket tinggi ini berhasil melepaskan Shenzou I yang tak berawak ke orbitnya. Bagian dari sukses ketika itu adalah empat ban pengikat identik di bagian bawah roket yang memungkinkan 2F melepaskan bawaan berat di angkasa. Long March 2F dilengkapi penyeimbang dan jendela darurat. Peluncur ini memiliki 10 subsistem. Terdiri atas struktur roket, sistem kendali, sistem propulsi, pengolahan dan pengecekan kegagalan, pelepasan darurat, telemetri, pelacakan dan sistem keamanan, peralatan, hingga sistem dukungan permukaan. Secara keseluruhan, 2F mengadopsi tak kurang dari 55 teknologi baru. Di antara teknologi itu adalah sistem pengolahan dan pengecekan kegagalan serta sistem pelontaran darurat. Dua teknologi ini memungkinkan dilakukannya pemantauan terhadap proses pelepasan, persis sebelum wahana angkasa berawak masuk ke orbitnya. Jika dalam proses kritis ini terjadi kegagalan, sistem yang digunakan memungkinkan sang taikonaut keluar wahana tepat pada waktunya sebelum bencana terjadi. Bila diperlukan, sistem pelontaran darurat ini juga bisa dikendalikan dari kontrol pusat di darat. Sistem ini merupakan yang paling unik dari 2F. Selain itu, menurut Xi Zheng, Kepala Pusat Pengendalian dan Komando Luar Angkasa Beijing, komputer beperforma tinggi menjamin kendali otomatis atas keseluruhan sistem. Ada sepuluh komputer berkapasitas raksasa di pusat kendali yang berperan amat besar dalam memantau kondisi sebelum, selama proses, dan sesudah peluncuran roket. Tampaknya Cina tak main-main mengembangkan teknologi peluncur. Sampai saat ini, mereka telah mengembangkan roket seri 3 hingga seri 4. Di CZ3, dua sistem aktivasi manual ditambahkan. Sistem ini makin menjamin keamanan taikonaut, karena memungkinkan mereka mengaktifkan sistem peluncuran darurat secara manual. Sejauh ini Cina telah melepaskan 12 jenis roket Long March dan mereka baru saja menuntaskan dua tipe lagi yang tengah menanti untuk diuji coba. Separuh dari jumlah itu disiapkan untuk meluncur hingga ke orbit transfer geosinkronus. Kemajuan yang dicapai Cina dalam teknologi peluncuran, menurut Zhang Qingwei, Manajer Umum Pusat Ilmu dan Teknologi Ruang Angkasa Cina, tak hanya memungkinkan Cina menjadi pengembang satelit dan wahana luar angkasa berawak andal, tapi juga berperan penting dalam meluaskan kerja sama internasional di bidang antariksa. "Termasuk untuk tujuan pertahanan nasional," kata Zhang. Sesuatu yang disambut gegap-gempita oleh rakyat Cina. Mereka tak mempersoalkan proyek yang telah menelan biaya US$ 2,17 miliar ini. "Kami bangga terhadap negara kami," teriak Shan Guoqi, seorang penjaja koran di Beijing.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik